Baru-baru ini cangkul atau pacul ramai menjadi headline berita media masa. Merujuk pada berbagai pemberitaan, pasalnya Presiden RI kmplain mengenai impor cangkul. Jika benar adanya, itu menjadi ironi. Indonesia sebagai negeri agraris dengan potensi sumber daya luar biasa subur, jika dalam pemenuhan kebutuhan cangkul, peralatan dasar dan sederhana saja sampai impor, berarti kita lupa hidup di negeri agraris, lengah menyediakan faktor input bagi jutaan petani.
Mengenal Cangkul Atau Pacul
Bagi petani sendiri, cangkul menjadi alat wajib yang dimiliki dan dikuasai penggunaanya, layaknya pulpen bagi pelajar atau mahasiswa. Ini karena cangkul merupakan peralatan dasar atau pokok yang walau sudah ada berbagai mesin, tapi tetap dibutuhkan.
Secara definisi cangkul adalah alat pertanian tradisional yang berfungsi untuk mengolah tanah, dimana dalam pemakaiannya menggunakan kemampuan daya tangan manusia sebagai sumber tenaga dalam memecah, menarik, mengaduk tanah. Peralatan kerja tani yang satu kelompok atau golongan dengan cangkul diantaranya, skop, garup, landak, dan lainnya.
Cangkul telah digunakan secara turun-temurun oleh petani. Awalnya cangkul dibuat oleh pandai besi yang sekarang lebih dikenal dengan nama perajin. Pada masyarakat tani tradisional, setiap cangkul biasanya dibuat costume. Petani memesan cangkul langsung ke pandai besi disesuaikan dengan tinggi badan, kegunaan, dan lainnya.
Bentuk cangkul sawah beda dengan cangkul kebun, beda juga peruntukan cangkul untuk menggali dengan cangkul untuk penyiangan. Dari berbagai kegunaan cangkul, satu kegunaan yang pasti ada adalah sebagai pemecah, penarik, dan penggaduk tanah.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, cangkul dibuat berdasarkan kaidah egronomis yang mendetail, melalui perhitungan dan pengujian yang lebih rigid agar lebih presisi keefektivitasannya dan keproduktivitasnya.
Cangkul Sebagai Cikal Bakal Alat Pengolahan Tanah Lainnya
Bajak adalah alat pertanian yang mewakili fungsi utama cangkul sebagai alat pengolahan tanah. Perbedaan cangkul dengan bajak terletak pad cara dan tujuan penggunaannya. Dari kesamaan fungsinya, bajak dapat dikatakan sebagai upgrading cangkul yang digunakan untuk pekerjaan dengan skala besar, dan membutuhkan tenaga lebih besar dari satu orang. Tidak diketahui pasti kapan dan dimana manusia pertama kali menemukan atau menggunakan cangkul. Namun, dari pemahaman itu, cangkul dapat dikatakan sebagai cikal-bakal dari alat-alat pertanian.
Untuk bajak sendiri, bukti sejarah yang terverifikasi secara akademis menunjukan bajak telah digunakan sejak sekitar tahun 3000 SM, di daerah Euphrates dan Nile Rivers, di Mesir. Bajak itu merupakan bajak ringan yang terbuat dari kayu. Selanjutnya bajak berkembang menjadi berbagai model sesuai dengan kebutuhan pengolahan tanah, dengan berbagai fungsi spesifik, seperti garu (harrow), dan lainnya.
Pengelompokkan Bajak
Dari catatan historis dan dampak kegunaannya, evolusi, atau upgrading bajak sebagai alat pertanian dapat dikelompokkan, sebagai berikut.
1. Berdasarkan material, atau bahan pembuatnya
a. Bajak kayu
Bajak yang terbuat dari kayu, seperti bukti sejarah yang ditemukan di Mesir. Melewati berbagai jaman, walau sudah tersedia bajak dengan berbagai kecanggihannya, petani Indonesia masih ada yang menggunakan bajak kayu.
b. Bajak besi
Bukti sejarah menunjukan bajak besi sudah digunakan lebih dari 2000 tahun yang lalu oleh masyarakat Honan utara, di China. Sekarang, besi tetap digunakan sebagai material bajak dengan berbagai campuran atau kombinasi material lainnya.
3. Berdasarkan daya atau tenaga penggeraknya
a. Bajak hewan
Bajak yang menggunakan tenaga hewan sebagai penggeraknya. Bajak ini masih banyak ditemukan di desa-desa, terutama yang jauh dari perkotaan.
b. Bajak mesin
Merupakan bajak yang menggunakan tenaga mesin sebagai penggeraknya. Bajak ini mungkin dapat dikatakan sebagai cikal-bakal bajak modern, yang selanjutnya secara umum lebih dikenal sebagai mekanisasi alat pertanian.
Perkembangan Bajak Di Era Pertanian 4.0
Di era pertanian 4.0 ini, bajak dikembangkan sebagai alat pertanian yang presisi (precision farming) dalam pengerjaannya dan dapat dikendalikan secara otomatis, dengan menggunakan sistem komputer yang terintegrasi dengan teknologi digital lainnya, menjadi satu kesatuan, membentuk ekosistem yang dikenal dengan nama pertanian pintar (smart farming).
Pengembangan bajak sebagai perangkat pengolahan tanah kedepan mungkin akan ada bajak listrik, bajak yang menggunakan tenaga listrik sebagai daya penggeraknya, atau lainnya.
Img: Ilustrasi
Terakhir ditinjau & diperbaharui: 23 November 2019